WASPADAI HARTA TIDAK HALAL
*20 cara menjemput rejeki yg baik*
*2. WASPADAI HARTA YANG
TIDAK HALAL*
Alkisah, suatu ketika seekor tikus desa berkunjung ke
rumah temannya yang tinggal di kota. Untuk menjamu
temannya yang berkunjung dari desa, tikus kota menyediakan
gandum, akar-akaran, kacang-kacangan, dan air dingin
sebagai hidangan istimewa. Tikus desa makan dengan sangat
lahapnya. Ia mencicipi sedikit ini dan itu. Maklum, tidak ada
makanan selezat itu di desanya.
Sehabis makan, kedua tikus bersenda gurau sambil
bercakap-cakap santai. Tikus kota menceritakan tentang
kehidupannya, bagaimana ia mencuri makanan lezat dari
satu rumah ke rumah lainnya sedangkan tikus desa hanya
bisa mendengarkan ceritanya.
Tikus desa selalu mencari makanan dari sisa makanan penduduk kampung yang
sudah tidak dimakan lagi.
Jadi, tidak ada yang istimewa dari
pengalamannya sehingga ia pun hanya menjadi pendengar
cerita-cerita hebat teman kotanya.
Setelah puas berbagi cerita, mereka berdua akhirnya terlelap dalam keadaan kekenyangan di dalam sarang yang
nyaman di antara semak-semak dan pepohonan sampai pagi
menjelang.
Dalam tidurnya, tikus desa bermimpi bahwa
dia adalah seekor tikus kota dengan segala kemewahan dan
keindahan kehidupan kota seperti yang temannya ceritakan
tadi siang. Sejenak, tikus desa merasa bahagia bisa menjelma
tikus kota yang hidup serba enak dengan makanan yang
serba ada.
Keesokan harinya, tikus kota mengajak tikus desa untuk
mencuri makanan ke rumah salah satu penduduk kota yang
paling kaya. Dengan senang hati, tikus desa menyetujuinya.
Ketika sampai di rumah besar yang dituju, mereka
menemukan ruang penyimpanan makanan yang penuh
dengan daging dan buah-buahan. Di atas meja juga terdapat
manisan, kue, dan keju yang lezat-lezat, semua jenis makanan
yang tidak pernah terbayangkan dalam benak tikus desa.
Namun, saat tikus desa akan mencicipi sedikit makanan,
dia mendengar seekor kucing yang mengeong keras sambil
menggaruk-garuk pintu dengan cakarnya.
Dalam rasa takut yang teramat sangat, tikus kota dan desa tersebut berlari terbirit-birit sambil mencari tempat
untuk bersembunyi. Ketika akhirnya mereka lolos dari kejaran si kucing dan kembali ke meja makan, tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah pelayan untuk membersihkan meja.
Pelayan tersebut diikuti oleh seekor anjing rumah yang galak dan siap menerkam tikus manapun yang berani memasuki wilayah teritorial pemiliknya.
Posisi tikus-tikus semakin terjebak. Di depan ada seekor
anjing yang menggonggong, di belakang ada seekor kucing yang siap menerjang.
Mulanya mereka berhasil melarikan diri, tetapi malang tak dapat dihindari oleh tikus kota. Beruntung bagi tikus
desa karena akhirnya ia berhasil melarikan diri. Tanpa berpikir panjang, ia berlari tunggang langgang dan segera
pulang ke desa.
“Mencuri makanan di kota memang menawarkan
kemewahan dan segala sesuatu yang tidak saya dapatkan di desa,” kata tikus desa sambil beranjak pergi tergesa-gesa,
“Tetapi saya lebih memilih makanan dan kehidupan yang
sederhana di desa dengan segala kedamaian dan ketenangan
yang ada di sana.”
Kisah “Tikus Kota dan Tikus Desa” di atas mengajari kita mengenai pentingnya sesuatu yang halal dan diberkahi.
Kehidupan yang sederhana dan penuh berkah, Insya Allah akan
lebih baik daripada kehidupan mewah yang dikelilingi oleh rasa
takut dan ketidakberkahan.
Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita berhati hati dalam mencari rezeki yang halal, termasuk di dalamnya
berbisnis dengan jalan yang benar.
Kita juga harus mampu membedakan mana sumber yang halal dan mana sumber yang haram.
Apabila sudah halal pun, kita tetap harus mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Terkadang pekerjaan
yang halal tetapi dikerjakan dengan cara-cara yang kurang baik, dapat mengurangi keberkahan rezeki tersebut.
Oleh karena itu,
kenalilah ciri-ciri harta yang tidak berkah.
Berikut ini adalah dua
ciri harta yang tidak berkah
*Ciri pertama, harta yang tidak berkah adalah harta tersebut tidak menambah ketakwaan dan amal saleh pemiliknya.*
Kita sering menyaksikan betapa banyaknya orang yang hidup
bergelimang harta, tetapi harta yang dimilikinya tidak membawa
manfaat sama sekali bagi dirinya dan agamanya. Harta yang
dimiliki justru membuat pemiliknya melalaikan salat lima waktu, digunakan untuk bermaksiat, anak-anaknya tumbuh
dalam lingkungan borjuis dan tidak islami sehingga kerabat
maupun tetangganya yang tidak mampu, tidak merasakan manfaat dari saudaranya yang kaya.
Sungguh sangat merugi
orang seperti ini. Harta yang sejatinya adalah modal untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt., justru menjadi bumerang
yang menghancurkan diri pemiliknya.
*Ciri yang kedua, harta yang tidak berkah adalah harta
tersebut tidak memberikan rasa aman dan syukur pada Allah.*
Allah Swt berfirman:
*Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.* *Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.*
*Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”*
(Q.S. Ibhrahim: 24–26)
Dalam ayat di atas, Allah Swt. mengumpamakan setiap kebaikan (termasuk harta yang diperoleh dengan usaha yang halal) dengan sebuah pohon yang kokoh, akarnya menghujam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, dan memberikan
buahnya setiap saat. Adapun setiap keburukan (termasuk
harta yang diperoleh dengan usaha yang haram), Allah Swt.
mengumpamakannya dengan pohon yang goyah, akarnya
hanya melingkar di permukaan bumi, tidak berbuah, serta
tidak memberikan rasa aman bagi siapapun yang berteduh di
bawahnya.
Allah berfirman:
*“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami* *berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu beribadah.”*
(Q.S. Al-Baqarah: 172)
Jelaslah bahwa hanya harta halal yang dapat membuat orang
bersyukur.
Di lain pihak, harta juga dapat menjadi sumber fitnah bagi pemiliknya. Tidak hanya saat pemiliknya masih hidup,
tetapi juga setelah ia meninggal dunia.
Banyak terlihat fenomena
di masyarakat tentang buruknya pengaruh yang disebabkan oleh
harta yang diraih dan dikumpulkan dengan cara yang haram.
Seringkali terjadi di sebuah keluarga kaya, sesudah orang tua
atau pemilik harta wafat, ahli warisnya bertengkar hebat memperebutkan harta peninggalan orang tuanya. Mereka berselisih
dan bertengkar memperebutkan harta warisan itu, padahal
mereka bersaudara. Naudzubillahi mindzalik.
Oleh karena itu, kenalilah ciri-ciri harta yang tidak berkah.
Waspadai dan hindari sekuat tenaga segala bentuk usaha maupun
bisnis yang akan menjauhkan kita dari keberkahan. Semoga Allah Swt.
melindungi kita semua dari ketidakberkahan harta dan
keburukan yang ada di dalamnya.
*“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”*
[Q.S. Al-Baqarah: 188].
Komentar
Posting Komentar