RATNA GUNUNG CIREMAI

RATNA GUNUNG CIREMAI Penulis : Audria Rain Sebuah Bus antar kota berhenti di sebuah jalan kecil di Bandung, Lelaki tampan berperawakan tinggi memakai tas keril hijau turun dari Bus setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih pada supir berikut kernetnya. Di depan jalan ada papan bertuliskan jalan Sindangsari. Lelaki itu bernama Dimas, berjalan memasuki jalan kecil yang di sebelah kanannya banyak tumbuh pohon-pohon besar dan sebelah kiri semak belukar. Dia berhenti sejenak memperhatikan ada bendera kuning terpasang di dekat papan nama Sindangsari. "Siapa yang meninggal?" Dimas mendekati Bendera kuning itu sepertinya sudah terpasang seminggu yang lalu. Ratna?" "Ratna meninggal?" Dimas tidak percaya nama yang ada di bendera kuning itu tapi memang nama Ratna yang tertulis di sana berikut tanggal kematiannya tiga hari yang lalu. "Bukankah Ratna sedang mendaki Gunung Ciremai." Ucapnya dalam hati. Dimas kembali berjalan memasuki jalan Sindang Sari yang gelap gulita karena tidak adanya lampu jalan. Rumah ibunya masih jauh di dalam sana, melewati beberapa kebun warga. Bulu kuduk Dimas berdiri saat melewati satu pohon tua dengan akar mengantung, dulu saat dia masih kecil, ada penampakan lelaki tanpa kepala berdiri di dekat pohon itu. Malam itu tidak ada satu orangpun yang melewati jalan itu, sebagian besar warga sudah terlelap di rumahnya masing-masing karena sudah masuk tengah malam. Dimas terus berjalan seorang diri, hanya Suara hewan malam yang sesekali berbunyi, tak lama tibalah lelaki tampan itu di depan rumah kosong di tengah kebun warga, Dimas ingat rumah itu adalah rumah almarhum Bu Wati, Ibu dari Ratna yang tak terurus sejak beliau meninggal dunia. Sejak kematian sang ibu, Ratna tinggal di rumah bibinya, yang masih satu desa. Saat sekolah dulu, Dimas sempat menjalin kasih dengan Ratna, hanya saja Bu Wati tidak menyetujui. Dimas menghentikan langkahnya karena tiba-tiba mendengar suara wanita di belakangnya. Seettt ! Dimas menoleh dan melihat sosok wanita dengan pakaian pendaki yang berlumuran darah. Sosok wanita itu membelakanginya tetapi bisa terlihat perut wanita itu besar seperti sedang hamil. Rambut hitam panjang bergelombangnya lengket karena darah. "Siapa kamu?" Perlahan wanita itu membalikkan tubuhnya, wajahnya tertutup beberapa helai rambut ikalnya, kedua mata indahnya menatap Dimas, Wajah wanita itu sangat manis khas wajah ayu wanita sunda. Dimas mengenal wanita manis itu, wanita itu Ratna mantan kekasihnya dulu saat masih sekolah. "Ratna?" "Kamu, Ratna?" "Baju kamu kenapa penuh darah seperti itu?" Wajah manis itu masih menatap Dimas dengan begitu sedih. Dimas mendekati Ratna, ada rasa bahagia bisa melihat wanita yang sangat di cintainya. Tetapi semakin Dimas mendekat, wanita itu semakin menjauh. Dimas baru menyadari kedua kaki Ratna yang memakai celana panjang tidak menapak tanah. "Astaghfirulah ...." Wajah manis wanita itu berubah menjadi putih pucat pasi, tidak ada satupun luka di wajah manisnya, hanya ada luka di lehernya. Sepertinya darah yang membasahi pakaiannya berasal dari luka mengangga di lehernya. Dimas berjalan semakin mendekati Ratna, dengan jarak tidak terlalu jauh, Dimas bisa melihat dengan jelas sosok Ratna yang masih menatapnya sendu. Luka di leher Ratna sangat dalam hingga terlihat tulang leher nya. "Ratna, kamu kenapa? Bukannya kamu sedang mendaki Ciremai." "Aku juga mau kesana, tapi aku masih cape, baru tadi pagi aku turun dari salak. Dimas baru saja mendaki gunung salak, dan berencana Ingin lanjut ke Ciremai, tapi karena lelah, dia pulang dulu untuk istirahat. Wanita itu hanya diam, air mata menetes dari dua mata indahnya, mata yang dulu sangat di sukai Dimas. Tiba-tiba .... "A Dimas sedang apa di sana? Ibu khawatir Aa belum juga tiba, ayo a saya antar ke rumah." Ternyata itu Kang Sarip, penjaga rumah Dimas. "Ini kang, tadi saya bicara dengan Ratna." "Teh Ratna? tidak ada siapa- siapa di sini a, saya tadi malah lihat aa bicara sendiri." "Tadi aa bilang teh Ratna? Dia hilang di Ciremai, untung teman-temannya selamat, hanya Teh Ratna yang hilang katanya hilang saat tiba di batu lingga." "Nanti saja di rumah, saya jelaskan, ayo a naik." Ucap kang Sarip menyalakan motornya terburu-buru. Dimas melihat ke tempat di mana tadi Ratna berdiri dengan kedua kaki melayang, lelaki tampan itu masih tidak percaya kalau mantan kekasihnya itu hilang dalam pelukan Ciremai, gunung sarat mistis kedua setelah gunung salak. Dimas sudah beberapa kali mendaki Ciremai, setidaknya dia cukup hapal jalur. "Apa aku secepatnya ke Ciremai, untuk mencari Ratna, siapa tau Ratna masih hidup." Dimas begitu khawatir pada keselamatan Ratna. Kang Sarip mencoba mengabaikan apa yang terjadi setelah seminggu Ratna hilang, sosok menyerupai Ratna kerap meminta tolong pada setiap warga yang lewat di depan rumah bi Saroh, tempat Ratna tinggal setelah kematian ibunya. Ayah Ratna sudah menikah dengan wanita lain dan tinggal di seberang pulau. Bu Wati ditemukan gantung diri di pohon nangka yang ada di belakang rumahnya. "Ratna?" Dimas melihat Sosok Ratna sudah tidak ada di tempatnya, dia menghilang dengan cepat. Di dalam pikirannya, Ratna ada di dalam rumah bi Saroh. Dimas melangkah memasuki rumah bi Saroh yang sepi sejak hilangnya Ratna. Kang Sarip lekas menarik tangan Dimas untuk segera naik ke atas motor. Kang Sarip sangat ketakutan, dia melihat sosok mirip Ratna duduk di atas pohon dengan menggoyangkan kedua kakinya. __________ Dimas bersama kang Sarip tiba di rumah Ratih, ibu dari Dimas, Wanita tua itu ternyata sudah menunggu di teras rumahnya, dia yang menyuruh kang Sarip untuk menjemput anak lelaki satu-satunya karena khawatir dengan keadaan desa Sindang sari yang tiba-tiba mencekam. Sejak hilangnya Ratna, warga desa menjadi sangat ketakutan, setiap malam mereka takut untuk keluar rumah, kalaupun harus keluar rumah, mereka tidak mau melewati Rumah Bi Saroh yang terletak di samping makam. Mereka memilih jalan memutar biarpun jauh. Sosok wanita dengan pakaian pendaki kerap mengetuk pintu rumah warga di tengah malam. Tiba di rumah... Dimas meraih tangan Ratih dan menciumnya, rasa rindu pada ibunya tidak menghalangi niatnya untuk ke Ciremai besok pagi. Dimas berencana mencari Ratna, dia berharap Ratna masih hidup. "Rat, bertahan, besok aku kesana cari kamu." "Nak, mulai besok di larang berada di luar rumah saat malam tiba." "Memang kenapa Bu? Ada apa dengan desa ini dan apa benar Ratna hilang saat mendaki Ciremai ? Dan belum kembali ke desa ini?" "Ratna belum di pastikan Meninggal kenapa sudah di pasang bendera kuning?" Pertanyaan Dimas yang beruntun membuat Ratih dan kang Sarip saling pandang, mereka bingung bagaimana menceritakan hal itu pada Dimas. _________ Dimas terus bertanya tentang hilangnya Ratna, kenapa teman-temannya tidak mencari, malah pulang meninggalkan Ratna. Dimas masih berharap, Ratna bisa di temukan dalam keadaan hidup dan sosok yang di temui di depan rumahnya itu bukan arwah Ratna, itu hanya jin yang menyerupai. "Bu, besok aku mau ke Ciremai mau mencari Ratna." Sebelum Ratih menjawab, tiba-tiba ada suara di luar rumah. Srekk! Ratih menoleh ke arah pintu yang sedikit terbuka, wanita tua itu merasa ada sosok yang mengintipnya dari celah pintu. Sosok wanita dengan pakaian pendaki dan tas keril di punggung dengan rambut panjang terurai yang selalu datang saat memasuki tengah malam seperti mencari seseorang. "Kang, tutup heula pintu na ..." Ucap Ratih pada Kang Sarip yang ketakutan melihat sosok di balik pintu. Kang Sarip juga menyadari kedatangan sosok itu. Sosok wanita cantik dengan pakaian pendaki. Perlahan dengan memberanikan diri, kang Sarip berjalan menuju pintu lalu menutupnya rapat. Dimas yang sudah duduk di kursi ruang tamu hanya bisa memandangi dengan penuh tanda tanya, benaknya penuh kekhawatiran terhadap wanita yang sangat di cintainya, Ratna. Dimas memang lelaki baik, biarpun almarhumah Bu Wati tidak menyetujui hubungannya dengan Ratna, dia tetap peduli dengan Ratna. "Ya sudah, kamu cari Ratna, biar keadaan di desa ini tenang." "Bi Saroh juga tidak ada, dia menginap di rumah anaknya setelah nujuh harian Ratna." "Bu, Ratna baru hilang selama seminggu, siapa tau dia masih hidup, kenapa sudah mengadakan tahlilan, mayatnya juga tidak ada." Besok paginya, Dimas bersiap ke Ciremai, dia sudah berniat tidak akan turun dari Ciremai sebelum menemukan Ratna. Dimas mendengar dari teman-teman pendakian Ratna, Ratna hilang saat di pos Batu lingga, tempat yang di kenal sebagai pertapaan Nini pelet, tempat entitas mistis yang memiliki kekuatan ghaib. "Apa mungkin, Ratna di ambil Nini pelet untuk di jadikan teman atau tumbal?" Untuk menuju Batu lingga, Dimas akan mendaki Ciremai via Linggar jati. BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13+ Website Belajar Coding Gratis

arti kode error internet banking bjb

Ni Xau